Pada suatu hari yang berangin, mungkin anda mengira, bahwa angin bergerak dengan kecepatan yang amat besar. Kemudian anda mendengar laporan cuaca yang mengatakan bahwa " Angin meniup dengan kecepatan 10 sampai 15 mil per jamnya". Mudahlah kita tertipu oleh kecepatan angin itu. Akan tetapi kecepatan angin yang sesungguhnya itu mengandung arti yang penting bagi orang banyak, sehingga didapatkan oleh manusia cara cara yang ilmiah untuk mengukur kecepatan angin itu.
Alat yang mula pertama untuk mengukur kecepatan angin diketemukan pada tahun 1967 oleh seorang Inggris yang bernama Robert Hooke. Alat ini dinamakan Anemometer. Banyak bentuk Anemometer, tapi jenis yang paling lazim yang kini terpakai adalah yang memiliki beberapa mangkok aluminium pada sebuah poros. Mangkok-mangkok itu dapat berputar dengan bebasnya oleh tiupan angin, dan semakin kencang angin meniupnya, semakin kencang pula mangkok-mangkok itu akan berputar. Dengan menghitung jumlah putaran mangkok-mangkok itu selama jangka waktu tertentu, maka kecepatan angin dapat diperhitungkan.
Pada waktu orang baru saja mulai terbang, diperlukan untuk mengukur kecepatan angin pada ketinggian-ketinggian tertentu. Pengukuran ini dilakukan dengan cara melepaskan balon-balon cuaca ke dalam atmosfir dan mengikuti jalannya melalui sebuah teropong khusus, yang dinamakan teodolit. Akan tetapi cara ini tidak berguna jika awan menyembunyikan balon itu. Di tahun 1941 orang menemukan radar cuaca. Dan kini sebuah pesawat radar dapat mengawasi balon itu di balik awan sekalipun dan mengukur angin-angin yang meniup tinggi di udara.
Orang telah lama tertarik perhatiannya untuk mengetahui arah angin. Sudah sejak tahun 900 masehi sirip-sirip angin ditempatkan di menara gereja-gereja, agar dapat menunjuk arah tiupan angin.
0 comments:
Post a Comment